Hello! Myspace Comments

Sabtu, 25 November 2017

Penilaian

Disinilah aku tumbuh dan dewasa. Di lingkungan yang mungkin tidak jauh berbeda dengan kalian, yaitu lingkungan yang tak pernah lepas dari penilaian orang terhadap setiap hal. Menanggapi masalah tentang ‘penilaian orang’ memang sangat kontroversial. Setidaknya, hingga saat ini aku masih banyak belajar tentang bagaimana menilai orang agar tidak menimbulkan suatu penilaian yang salah dan akibatnya akan merugikan banyak pihak.

Sejauh ini, dari sudut pandangku terlalu banyak orang yang menilai secara cepat tanpa mem-filter aspek mana saja yang seharusnya tidak dijadikan bahan penilaian. Akibatnya banyak penilaian tersebut yang akhirnya dari masalah kecil dapat menjadi masalah besar dan berlarut-larut. Sesuatu yang mengerikan bagiku. Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang bisa aku pelajari tentang bagaimana seseorang memberikan penilaian saat ini, diantaranya

  1. Mendahulukan ego, setiap orang pasti memiliki pendapat dan pasti ingin pendapat tersebut diterima oleh orang lain namun, tidak semua bisa diterima. Nah, disini yang bisa jadi masalah. Ketika ego tidak bisa menerima penolakan tersebut, seseorang akan cenderung memandang suatu hal dari perspektif buruk sehingga akan timbul penilaian yang buruk juga.
  2. Berpikir pendek, sering sekali terjadi pada kebanyakan orang saat ini. Dalam memberikan penilaian banyak orang menganut prinsip ‘suka-suka saya’ artinya tanpa mempedulikan dampak yang ditimbulkan, banyak orang memberi penilaian sesuka hati entah itu benar atau salah bahkan ada yang memberi penilaian berdasar sumber yang tidak teruji validitasnya. Akibatnya ? jika penilaian salah secara tidak langsung akan menimbulkan masalah diantaranya fitnah, bully-ing, perkelahian, hingga permusuhan.
  3. Memandang rendah. Apa maksudnya ?. Jadi, beberapa orang dalam memberikan penilaian terhadap orang lain kadang merasa bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain, merasa segala yang dilakukannya benar, istilah kasarnya adalah sombong, hehehe. At least, menurutku dari seseorang yang sombong akan muncul penilaian buruk bagi orang lain yang dia anggap lebih rendah dibanding dia. Padahal, seharusnya kan gak boleh gitu.

Tiga bahasan diatas mungkin belum semua hal yang mempengaruhi seseorang memberikan penilaian, setidaknya tiga hal itu yang paling banyak aku temui selama proses belajarku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin untuk beberapa orang penilaian buruk tidak menjadi masalah, tapi penilaian buruk bisa jadi titik balik yang bisa membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Misalnya, si A memberi penilaian buruk kepada si B berupa pribadi yang suka nanya hal gak penting padahal si B adalah orang yang kritis. Akhirnya di masa mendatang si B menjadi sosok yang cenderung pasif dan susah berkomunikasi. Bukankah hal itu sangat menyedihkan ?

Jadi, pesan saya...

Ketika kamu ingin memberikan penilaian terhadap seseorang beri penilaian sebijaksana mungkin perhatikan hal-hal yang perlu untuk dijadikan dasar penilaianmu, buang semua prasangka atau spekulasi buruk. Belajarlah untuk menjadi sosok yang bisa secara jujur dan adil memberikan penilaian sesuai fakta. Hingga saat ini aku masih belajar mejadi sosok yang seperti itu sih, susah memang tapi aku yakin kita bisa menjadi sosok yang seperti itu demi membangun karakter yang lebih berkualitas.

Kamis, 12 Oktober 2017

Tokoh Baru

Malamku tiba dengan sejuta sendu dalam ceritaku
Bagaikan rindu yang tak pernah tergambar bentuk dan rupanya
Ingin dihadapan cermin aku berkata bahwa aku baik-baik saja
Tapi tak semudah itu bisa aku lakukan dalam kenyataan
Walaupun terangku menggambarkan riang dan hangat peluk
Tapi sesekali tak pernah aku lupa masih ada sendu dalam baris ceritaku


Bila mengingat bagaimana aku mengawali cerita itu dengan tokoh baru
Betapa percaya dirinya dengan memulai cerita dengan hal yang sangat manis
Berkhayal dan memuji seolah ombak tak pernah bisa menghancurkan
Besar harapan cerita itu selalu bertabur riang berselimut canda
Laksana cerita cinderella yang berakhir bahagia dengan pangerannya
Kenyataannya ceritaku bukanlah dongeng yang bisa kutebak akhirnya

Tanpa rencana, ceritaku dengan si tokoh baru ternyata suram
Tidak sesuai harapan apalagi khayalan, semua terbang jauh diterpa badai
Mungkin royalti yang kuberikan pada si tokoh baru tak sesuai
Hingga akhirnya ceritaku tak dihiraukan tanpa penjelasan pasti olehnya
Si tokoh baru tak kunjung memberi kepastian apakah harus aku melanjutkan cerita
Hingga akhirnya ceritaku berakhir tanpa akhir yang jelas

Waktu terus berjalan, ceritaku terbengkalai diselimuti debu bernuansa dingin
Cerita yang dulu penuh dengan harapan indah berubah dengan santai
Meninggalkan kekecewaan dan sejuta pertanyaan kepada si tokoh baru
Sendu dalam baris ceritaku semakin dalam menyusup mengisi alur yang kosong
Sungguh tak rela melihatnya, tapi apalah daya sendu tak ingin beranjak darinya

Dan aku tak baik-baik saja dalam menghadapinya

Kamis, 13 Juli 2017

Kelebihan dan Kekurangan

Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan seadil-adilnya. Dimana ada siang disitu ada malam. Begitu pula manusia. Sisi hitam dan sisi putih dalam diri manusia adalah suatu hal yang wajar. Karena, tidak ada satupun didunia ini yang sempurna.
Sisi putih tak selamanya bersih dari noda. Begitupula sisi hitam, juga tak selamanya kelam.
Itulah manusia, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dimana kelebihan dan kekurangan itu telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan senang hati Allah SWT menghibahkan itu tanpa berat hati. Namun, pernahkah kita berfikir? Apakah kelebihan dan kekurangan yg diberikan Allah itu kita pergunakan dengan baik? Mungkin tanpa sadar, kita sombong dengan kelebihan kita atau mengeluh dengan kekurangan kita. Betapa nistanya kita telah berbuat seperti itu. Tak pernah mensyukuri nikmat dari Allah SWT. Salah satu hal yang bisa kita lakukan atas dasar bersyukur adalah dengan pribadi rendah hati.
Berat memang menjadi pribadi yang tetap rendah hati dengan segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Tapi percayalah kawan, kita bisa belajar rendah hati.